Tengkleng adalah masakan sejenis sup dengan bahan utama tulang kambing. Sekilas orang melihat tampilan tengkleng mirip dengan gulai. Tidak salah, karena memang penampilannya sangat mirip dengan gulai. Tidak hanya itu, rasanya pun memiliki kemiripan karena dibuat dengan bumbu yang sama seperti yang digunakan untuk membuat gulai.
Sejarah tengkleng konon menurut para tetua di kota Solo hanya para bangsawan dan orang-orang Belanda saja yang bisa menikmati masakan daging kambing. Hanya kepala, kaki, dan tulang saja yang tersisa untuk pekerja dan tukang masak. Para juru masak pada waktu itu tak kurang akal, maka dimasaklah tulang-tulang itu yang tentunya masih menempel sedikit daging.
Tengkleng berbahan dasar tulang dan tetelan kambing. Bagian tubuh kambing yang biasanya digunakan sebagai bahan tengkleng adalah kepala, iga, serta kaki. Bagian-bagian tubuh tersebut dimasak selama kurang lebih 2 jam agar menjadi empuk bersama berbagai bumbu.
Di antara berbagai bumbu yang digunakan dalam proses membuat tengkleng, kunyit menjadi bumbu yang paling penting. Karena menggunakan bagian tubuh kambing, kunyit sangat berguna untuk menghilangkan bau tak sedap dari bagian tubuh kambing.
Nama tengkleng juga mencerminkan kehidupan rakyat jelata di masa penjajahan dulu. Saat itu, masyarakat hanya mampu membeli “limbah” dari kambing yaitu bagian tulang dan jeroan akhirnya mereka memasaknya dengan bumbu sederhana. Dinamakan tengkleng karena, jika saat ditaruh di piringnya orang miskin dulu akan mengeluarkan bunyi kleng-kleng-kleng. Sebab piring masyarakat kebawah terbuat dari gebreng (semacam seng). Sehingga saat tulang itu ditaruh dipiring akan menimbulkan suara yang nyaring.
Penjual tengkleng di Solo yang sudah terkenal kelezatannya dan menjadi incaran pecinta kuliner adalah tengkleng Bu Edi. Terletak di sekitar Pasar Klewer, Bu Edi sudah mulai menjual tengkleng sejak tahun 1971, meneruskan usaha yang dirintis oleh nenek dan ibunya.
Warung Bu Edi buka pada jam 13.00, saat makan siang. Tapi, ada baiknya jika ingin merasakan kelezatan tengkleng Bu Edi, Anda datang sebelum jam makan siang. Pasalnya, walau setiap hari membawa sekitar 5-6 panci berukuran besar berisi tengkleng, semua itu akan habis hanya dalam waktu sekitar 3 jam. Dalam setiap panci, dimasak 4 kepala, 4 tulang iga, dan 4 pasang kaki.